b.
Batik Pesisiran, batik yang berkembang di daerah pesisir
di pulai Jawa, seperti Cirebon, Pekalongan dan Madura. Batik pesisiran banyak mendapat pengaruh
budaya-budaya luar seperti Cina, India, dan Arab. Dalam pewarnaaannya
menggunakan warna-warna yang cerah seperti merah, hijau, biru dan kuning. Motif
batik terinspirasi dari apa yang dilihat, seperti gambar kupu-kupu lengkap.
RAGAM MOTIF BATIK
1. Motif
Parang
Parang berasal dari kata karang atau batu
karang. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah
secara diagonal serta memiliki kemiringan 45 derajat. Pola dasarnya adalah
lilitan leter S.
Batik motif parang merupakan ragam hias
larangan karena hanya raja dan kerabatnya yang diizinkan untuk memakainya.
Besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya dalam
lingkup kerajaan.
Macam – macam Batik Parang:
· Parang Rusak , motif ini tercipta
ketika Panembahan Senopati sedang melakukan meditasi di Pantai Selatan. Beliau
terinspirasi dari ombak besar yang terus menghantam karang hingga karang
tersebut rusak. Bentuk dasar leter S di ambil dari ombak samudra yang
menggambarkan semangat yang tak pernah padam. Hal tersebut mengandung petuah
agar tidak pernah menyerah. Jalinan S yang tidak pernah putus pada motif parang
menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya
memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan maupun bentuk pertalian
antar saudara. Motif parang rusak juga merupakan hadiah dari generasi ke
generasi muda para bangsawan. Selain itu, motif ini juga menjadi simbol agar
anak melanjutkan perjuangan yang telah dirintis orang leluhurnya.
-
Garis lurus diagonal pada batik parang rusak melambangkan
rasa hormat, keteladanan serta ketaatan pada nilai-nilai kebenaran.
-
Parang rusak biasa digunakan prajurit setelah perang,
untuk memberitahu raja bahwa mereka telah menang perang.
·
Parang Barong, berasal dari kata
barong (singa). Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada
besarnya motif ukuran pada kain. Besar ukuran parang barong diatas 20 cm dan
merupakan induk dari semua motif parang. Parang barong diciptakan oleh Sultan
Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai Raja
dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang
kecil dihadapan Sang Maha Pencipta. Motif ini memiliki makna agar seorang Raja
selalu hati-hati dalam bertindak, kebijaksanaan dalam gerak dan pengendalian
diri dalam dinamika usaha yang terus menerus. Motif ini hanya digunakan oleh Raja pada saat ritual keagamaan
dan meditasi.
· Parang Kusumo, berasal dari kata
kusumo yang artinya kembang. Digunakan oleh kalangan keturunan Raja bila berada
didalam kraton. Motif ini mengandung makna hidup harus dilandasi oleh
perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin. Bagi orang Jawa keharuman
yang dimaksud adalah keharuman pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang
berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin.
Parang Kusumo
· Parang Slobog, digunakan pada saat
upacara kematian. Hal ini memiliki makna pengharapan agar arwah yang meninggal
mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan menghadap Kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sedangkan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dalam
menerima cobaan.
Parang Slobog
· Parang Klitik, melambangkan
kelemah lembutan, prilaku halus dan bijaksana. Biasanya dipakai kalangan putri istana.
·
Parang Tuding, tuding berarti menunjuk. Motif ini
memiliki makna bahwa orang yang memakai diharapkan dapat menunjukkkan hal-hal
yang baik dan menimbulkan kebaikan. Biasa digunakan oleh orang tua.
· Parang Curigo, curigo : keris
·
Parang Centung, dipakai oleh perempuan pada acara pesta.
Parang centung : sudah pandai ber-rias.